SIDRAP mediafpii-sulsel.my.id, – Rumah tua itu terlihat biasa saja. Berlantai semen, berdinding papan, berumur lebih dari separuh abad. Tapi siapa sangka, di balik atap bocor yang hendak diperbaiki, tersimpan dua granat aktif yang bisa meledak kapan saja.
Granat jenis nanas itu ditemukan Minggu 1/) Juni 2025 sore, di rumah milik almarhum Serma Purnawirawan TNI Kanto, di Kelurahan Arateng, Kecamatan Tellu Limpoe, Sidrap. Bersama granat, ditemukan pula satu peti berisi perlengkapan militer: dua helm baja, empat magaseng senjata, satu kotak amunisi, hingga sarung magaseng.
Semua ditemukan secara tak sengaja oleh M. Ikbal (22), seorang petani yang sedang membantu memperbaiki atap bocor. Ia penasaran melihat helm baja yang tergeletak di loteng rumah. Tak jauh dari situ, sebuah peti kayu tua tak terkunci. Dibukanya—dan kejutan itu muncul.
“Awalnya saya kira granat mainan,” katanya. Tapi naluri bahaya muncul, dan segera ia melapor ke keluarga dan aparat.
Dulu Disimpan, Kini Membahayakan
Putri almarhum, Hj. Andi Cahya (65), mengaku tak kaget sepenuhnya. Ia mengingat, sekitar tahun 1990-an pernah melihat granat itu. Tapi waktu itu, ia tak menyangka benda itu masih aktif.
“Bapak memang pensiun sekitar tahun 1972. Granat itu disimpan, mungkin sebagai kenangan atau barang dinas. Kami kira tidak berfungsi lagi,” katanya.
Serma Kanto sendiri adalah pensiunan tentara yang wafat pada 24 November 2022 lalu. Sejak itu, rumah tersebut lebih banyak kosong. Tak ada yang menyangka, benda mematikan itu masih diam di dalam.
Warga Baru Sadar Mereka Pernah Tinggal Serumah dengan Ledakan
Warga di sekitar rumah sontak heboh. Ada yang panik. Ada yang segera menjauh.
“Selama ini kami sering ngopi di situ. Bahkan anak-anak main di halamannya,” ujar salah satu warga. “Baru sekarang kami sadar, bisa saja granat itu meledak kapan saja.”
Aparat dari Kodim 1420/Sidrap dan Polres Sidrap langsung mengambil alih lokasi. Rumah dikosongkan. Area diamankan. Rencananya, tim penjinak bom akan segera mengevakuasi dan memusnahkan granat di tempat aman.
Sementara itu, keluarga diminta tidak bermalam di rumah hingga proses sterilisasi selesai.
Peristiwa ini menjadi pengingat keras: sejarah tak selalu berupa foto pahlawan di dinding. Kadang, ia hadir dalam bentuk granat aktif, tersimpan diam selama puluhan tahun. (Risal Bakri)